Puisi Siswa
- November 15, 2018
- By Admin: mrbauld
- Comments: Comments off
Puisi-Puisi Karya Siswa
Bagi kamu yang ingin puisinya ditampilkan, berikut beberapa pedoman yang perlu diperhatikan:
-
Semua karya dikirim via email
-
Puisi harus sudah benar-benar diperiksa—tata bahasa, tanda baca, huruf kapital, dan spasi harus sesuai dengan maksud penulis
-
Tidak menerima puisi anonim
-
Maksimal tiga puisi per siswa
-
Gunakan kata-kata kasar hanya untuk koleksi pribadi
-
Nikmati surat penolakan yang bisa kamu lemparkan padaku saat kamu sudah jadi penyair terkenal nanti
Saran Penulisan:
-
Baca banyak puisi bagus dari penyair-penyair hebat
-
Kalau kamu merasa puisi “jadul” itu membosankan, mungkin saatnya kamu mulai membacanya
-
Cobalah berbagai bentuk puisi, seperti yang dijelaskan dalam Glosarium Istilah Puisi
-
Dengarkan puisi yang kamu tulis dan renungkan ritme, irama, dan nadanya
-
Biarkan gambaran visual menyampaikan makna puisimu
-
Jujurlah sebisa mungkin saat kamu mengubah emosi dan ide menjadi kata dan suara
-
Coba jaga keseimbangan antara kekuatan ekspresi dan kealamian suara
-
Selalu bawa catatan kecil—tuliskan frasa yang datang secara tiba-tiba
-
Kadang satu frasa puitis bisa menjadi benih lahirnya sebuah puisi
-
Emosi yang nyata—meski kecil—bisa memicu terciptanya puisi
-
Tidak semua kata itu sakral: Pangkas, rapikan, dan seleksi!
Jessica Wile dan Kent Smith (’03) telah menambahkan karakter ala Canterbury Tales dengan gaya yang sangat mirip Chaucer.
Penjaga Perburuan – Karakter ke-31 dari Canterbury
Di antara kerumunan hadir penjaga buruan,
Rambut kusut hitam, suara bagai guntur tempur.
Raja dan bangsawan bersorak senang,
Berburu rusa gemuk di musim yang menang.
Jika hasil tangkapan sang raja besar,
Lawrence duduk terhormat di meja bersandar.
Sang ksatria, pembantu, koki pun sepakat,
Dia bijak soal buruan, tak pernah terlambat.
Inovasi berburu dia ciptakan tiada henti,
Sang pembantu terkesima: “Betapa hebat dia ini!”
Tugasnya menjaga populasi buruan tetap tinggi,
Agar bangau dan puyuh tetap ramai di bumi.
Lawrence berkata: “Buru untuk menghibur tamu.”
Kini menunggang kuda gagah, menuju Canterbury yang jauh.
— Jessica Wile (’03)
Si Gipsi – Karakter ke-32 dari Canterbury
Seorang gipsi, muda dan percaya diri,
Dengan rambut hitam dan mata bersinar api.
Bergabunglah ia di jalan yang melingkar jauh,
Lambannya langkah seperti siput penuh keluh.
Jubah kelabunya hanya mengintipkan wajah manis,
Sayang kecantikan tertutup, oh betapa miris.
Ramalan tiada henti—baik dan buruk berdatangan,
Hampir saja kami semua kehilangan kewarasan!
Ramai mulutnya, potions dan mantra berserakan,
Segalanya ada, mulai dari cinta hingga pelangsingan.
Di desa-desa ia jadi peramal terkenal,
Bukan dengan murka, tapi tawa yang kekal.
Kecerdasannya tajam, aku pun terkesima,
Tak pernah tahu dari mana ia bisa tiba.
Selama perjalanan ia selalu tersenyum padaku,
Walau keretanya lusuh, kudanya tua sekali, tentu.
— Kent Smith (’03)
Sebastian Margarit (’01) tampaknya terjangkit “virus puisi”. Berikut satu dari banyak karyanya tahun ini:
Sebuah Api dan Daun Gugur
Daun gugur berapi, diam-diam menyala,
Dari percikan cahaya, lekas terbakar semua.
Arang hitam tak menyimpan hidup atau daya,
Hanya mencekik bara lain dengan cela.
Percikan api menyulut bahan dari pikiran,
Awalnya mati, tak jadi cahaya terang.
Namun lahir kembali, dengan jiwa digandakan,
Nyala cinta abadi dalam pertentangan panjang.
Kedua api memberi hangat dan ketenangan,
Bagi tangan yang genggam batu dan logam.
Meski api muncul dari banyak jalan,
Yang satu ini tak tergantikan dalam diam.
Jika harus memilih dari dua nyala abadi—
Mana yang gerakkan abu dan bakar sejati?
Meaghan Thurston (’01) menulis soneta indah ini:
Dunia dalam Pemandangan Putih
Selimut salju membalut pohon dan ladang,
Diam, sunyi, bak burung meluncur senyap.
Bayangannya melintas laut dan darat terang,
Bawa damai malam musim dingin yang mantap.
Kristal menggantung di dahan meranggas,
Menyerap cahaya bulan yang redup dan lesu.
Seolah musim gugur telah lewat tanpa bekas,
Musim dingin sembunyikan tunas dalam beku.
Namun kematian beku hanyalah kelahiran terselubung,
Puncak bukit bersinar oleh cahaya malam redup.
Dunia ini terlahir kembali dalam kehampaan agung—
Lihatlah salju halus seperti layar kapal yang lembut.
Dan saat burung hinggap di pohon bersalju,
Kedamaian musim dingin pun hinggap di hatiku.
